Puncak Sukses

Puncak Sukses
salah satu tujuan para pejalan

Tuesday, May 15, 2007

Wanita Pejuang (2)

Melanjutkan tulisan sebelumnya, kutipannya langsung membandingkan antara wanita pejuang dan istri pameran. Wah, lucu juga. Sebelum melangkah lebih jauh, mau nggak kita batasi dulu ruang lingkupnya (ceileh). Wanita pejuang adalah tipikal wanita yang sanggup menghadapi kekerasan hidup dengan Girl Power tanpa jadi Power Puff Girl. Sementara istri pameran itu adalah wanita yang enak dilihat, nikmat dicolek, yummy dibawa…. (tit! Sensor!), tapi ya cuma segitu thok. Isi kepalanya cuma bolongan doang. Jadi kalau dirontgen atau CT-Scan, tuh batok kepala isinya cuma aer sama kentut. Hehe.
Nah, masalahnya adalah: jelaslah semua orang maunya gabungan keduanya: udah cantik, pinter, bisa masak, bisa ngurus anak, bisa ngurus rumah, jago cari duit, pinter ngurus suami, de el el, de es be, de ka ka. Emang ada?
Mmm, tergantung persepsinya sih. Menurut pengalaman sangpejalan, gak ada wanita sesempurna itu. Buat ilustrasi aja, misalnya nih dari sepuluh kriteria wanita super ideal, paling banter ada yang memenuhi sembilannya. Kalau ada yang bilang wanita-nya memenuhi sepuluh2nya, bo ong banget! Coba tanya ke orang lain yang tahu kehidupan nyata mereka dan mau bicara jujur, pasti ada aja kurangnya. Kalau bisa sih, pacarin aja pembantunya, pasti dia blak-blakan cerita jelek2nya si nyonyah majikannya. Hehe.

Thursday, May 10, 2007

Wanita Pejuang (1)

Masih ingat film Thomas Crown Affair (1999) gak? Ada satu hal menarik yang kuambil dari buku Cinematography for Lovers: “Thomas Crown tahu perbedaan antara istri pameran dan wanita pejuang, dan yang terakhir itu adalah teman hidup yang jauh lebih superior.”
Well, di film itu Crown diperankan oleh Pierce “James Bond” Brosnan. Sementara si wanita pejuang yang diceritakan sudah 40-an tahun itu memang dimainkan si seksi RenĂ© Russo. (Siapa juga mau… Gitu ya?) Tapi bukan itu pointnya.
Di sini sangpejalan mau membahas figur wanita impian. Boleh jadi, tiap lelaki punya kecenderungan berbeda. Yang paling gampang terlihat oleh psikolog, meski yang bersangkutan biasanya tidak sadar, adalah banyak pria yang menderita Oedipus Complex. Mereka mengidolakan wanita yang sedapat mungkin semirip mungkin dengan ibunya. Bisa wajahnya, cara bicaranya, gaya dandannya, hingga perlakuannya kepada pria. Namun yang paling sering jadi korban adalah justru wanita-wanita pejuang ini. Karena banyak di antara wanita pejuang ini yang merupakan ibu yang baik. Gampangnya: mereka keibuan.
Gak mau panjang2, ntar malah jadi makalah lagi :p Sangpejalan cuma mau bilang. Saat ini tengah beruntung. Sebab, saat ini tengah ditemani oleh seorang wanita pejuang yang memang siap bertarung bersama hingga menggapai puncak sukses. Terima kasih Tuhan.

Sumber kutipan: Peske, Nancy dan West, Beverly. 2004. Cinematography for Lovers: Panduan Menonton Video untuk Menemukan Cinta Sejati. (terj. oleh Siska Yuanita). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. p.83.

Thursday, May 03, 2007

Nagabonar Jadi 2 - Keren!!!


Sangpejalan nonton pejalan yg seleb: Deddy Mizwar. Wah, luar biasa bapak ini. Gak nyangka kalau beliau ini sangat nasionalis! Kalau agamis sih sudah kebaca dari sinetron2 yg dibuat. Andaikan bisa kontak (hiks!), pengen belajar banyak dari beliau.
Okeh, sekarang ngomong soal filmnya. Nih film tadinya mau remake dari Nagabonar (1987), tapi akhirnya malah jadi sequel. Bagus, soalnya kalau remake Tora Sudiro gak mau ikutan.
Banyak kejutan di film ini, terutama karena semula siap2 nonton film komedi. Eh, gak taunya malah beberapa kali sangpejalan nangis. (waaaa).
Gak cuma di adegan Bonaga (Tora Sudiro) dan bapaknya Nagabonar (Deddy Mizwar) sama2 nangis karena bapaknya menyesal tidak bisa mendidik anaknya dg kelembutan , tapi juga di adegan lain yg menunjukkan nasionalisme. Misalnya saat Nagabonar memberi hormat pada patung proklamator (ups! Spoiler warning!).
Keren banget sebagai sebuah film yang dipersiapkan sbg film dg misi kental.
Terasa agak menggurui, apalagi bagi anak muda. Tapi tetap okelah, gak huek kayak The Patriot (2000) yang dibintangi Mel Gibson itu. Amerikanisme-nya bikin muak abis! Ada banyak adegan yg bisa bikin miris. Misalnya Jaki (Michael Mulyadro) yg rajin shalat tapi juga rajin dugem, gampang ditemui di dunia nyata (duh, sangpejalan jadi malu nih!).
Ada bloopers (adegan salah/janggal), yaitu buku Laa Tahzan (Jangan Bersedih) yg di satu adegan/scene udah dikasih ke polisi, tapi tiba-tiba balik lagi ke tangan supir bajaj bernama Umar (Lukman Sardi) di adegan berikutnya. Selain itu, kesinambungan antar adegan kurang dijaga, sehingga terkesan tidak tuntas. Misalnya, bagaimana bajaj yg sudah dicegat polisi di Thamrin bisa lolos pulang lagi ke rumah Bonaga setelah Nagabonar memanjat patung Sudirman di jalan Sudirman, tentu bisa dipertanyakan.
Tapi secara keseluruhan, film ini layak diacungi lima jempol! (duh, sampai kurang ya jempolnya sangpejalan?). Jadi...buruan nonton!
PS: Di blog banyak review soal film ini, tapi kalau mau liat situs resminya di: http://www.nagabonar2.com/galery.html. Sayang nih situs gak lengkap. Toh, tetap gak mengurangi rekomendasi sangpejalan utk nambahin tebel koceknya produser dg menonton film ini. Jangan beli DVD bajakan ya, capek kan buat film?