Puncak Sukses

Puncak Sukses
salah satu tujuan para pejalan

Friday, August 31, 2007

Menepilah...

Di saat orang lain sibuk mengejar dunia, cobalah Anda menepi sejenak ke pinggir kehidupan. Renungkanlah sebenarnya apa arti hidup Anda. Kehampaan, kesunyian, kesepian itu mungkin akan menyeruak ke depan. Di saat hati mulai terasa kosong, biarkan sesuatu yang berasal dari ketiadaan itu memenuhinya. Jangan dilawan. Biarkan saja.
Seketika akan terasa, betapa hidup ini penuh makna. Jalanan akan penuh para kenalan. Dan pintu dunia terbuka begitu saja. Gunakan kesempatan menepi itu untuk memuaskan dahaga. Niscaya kita akan mendapati keluasan dalam segalanya. Semoga.

Wednesday, August 29, 2007

Tuhan dan kesombongan

Sangpejalan baru saja membeli buku tentang posisi tuhan agama tertentu di antara tuhan agama lain. Buku terjemahan dari bahasa Inggris itu sudah pasti bergenre apologetik alias pembelaan agama penulisnya semata. Untuk pertamakalinya, sangpejalan menangis membaca sebuah buku yang dikarang oleh umat beragama lain. Bukan karena terharu pada kebenaran yang dibawakannya, tapi justru sedih karena buku itu begitu menghujat Sang Tuhan Sejati.
Sangpejalan yang sering merasa tersinggung jika diremehkan orang merasa teramat sangat malu. Sebabnya, Tuhan Yang Maha Berhak Sombong saja tidak merasa tersinggung diremehkan makhluknya seperti itu. Tentu saja karena Ia punya sifat lain, Yang Maha Penyabar. Bila Tuhan berkehendak menghukum, tentu sudah dilakukan-Nya dari dulu. Tapi Ia memilih bersabar, memberi kesempatan pada manusia yang tak tahu diri untuk mengenal-Nya. Ia terus melimpahkan kasih-Nya pada semua umat manusia tanpa terkecuali. Hanya saja rahasia terbesar-Nya tentu saja hanya dibukakannya pada umat yang beriman.
Kesombongan Tuhan amat layak, karena Ia memiliki segala-Nya. Tapi kita sebagai manusia, kerap kali merasa sombong hanya karena hal-hal remeh yang diamanatkan-Nya. Termasuk sombong tanpa sadar karena merasa kebenaran mutlak telah diraih-Nya. Memang, Ia-lah sebaik-baik pembalas tipu daya. Manusia yang merasa berhasil memperdaya Tuhan dan agama-Nya, sesungguhnya cuma diperdaya kesombongannya sendiri...

Monday, August 27, 2007

Surga dan Neraka

Banyak orang sepanjang zaman memperdebatkan apakah surga dan neraka itu ada. Sangpejalan malah lebih jauh mempertanyakan: "Memangnya Tuhan ada?" Karena bagi mereka yang percaya pada dua tempat yang entah di mana itu, pasti percaya pada pembuatnya pula. Kebanyakan pengertian surga adalah tempat yang serba indah dimana segala kenikmatan diperoleh mereka yang selama hidupnya berbuat baik. Tentu ada seabrek syarat tambahan. Neraka adalah sebaliknya, tempat mereka yang jahat. Betulkah demikian?
Saat di dunia, seringkali kita jumpai mereka yang disebut orang munafik. Sangpejalan merasa diri pun seringkali seperti itu. Berpura-pura alim padahal bejat, berlagak suci padahal hamba setan, dsb, dll, dkk. Lantas, siapa sebenarnya penghuni surga dan neraka? Kalau kita percaya Tuhan ada, maka seharusnyalah kita serahkan semua penilaian pada-Nya. Karena bila kita mencoba menetapkan kriteria-kriteria, niscaya semua itu sia-sia belaka. Masalahnya, jangankan surga dan neraka, Tuhannya pun belum tentu ada!
Jadi, sebenarnya ada kesalahkaprahan manusia dalam beribadah menyembah Tuhan bila mereka mengharapkan surga. Tempat itu cuma hadiah saat kita memenangkan perlombaan kehidupan. Maka, alih-alih percaya adanya surga dan neraka, lebih penting percaya pada Tuhan dulu. Itu juga kalau mau, mengingat manusia punya kehendak bebas. Bila kita melakukan semua protap (prosedur dan ketetapan) atau juklak (petunjuk pelaksanaan), masakkan kita tidak lulus ujiannya? Masalahnya, kita sendiri kerap abai pada kedua hal itu yang sebenarnya sudah jelas.
Maka, seperti Chrisye pernah melantunkan: "Jika surga dan neraka tak pernah ada/Masihkah kau menyebut namaNya/Bisakah kita semua benar-benar sujud sepenuh hati/Karena sungguh memang Dia ada/Memang pantas di sembah, memang pantas dipuja". Sayangnya, lagu berjudul Jika Surga dan Neraka Tak Pernah Ada yang dirilis dalam album Senyawa (2004) ini ditulis Chrisye bersama seseorang yang diragukan kemampuannya mengimplementasikan apa yang ditulisnya sendiri. Sayang sekali. Itulah bukti bahwa siapa penghuni surga dan neraka itu hanya Tuhan yang tahu. Manusia bisa menampilkan citra tertentu di bumi, tapi apa betul sejatinya seperti itu?

Monday, August 06, 2007

Tentang Perjalanan (2)

Two Happy Lovers
by Pablo Neruda

Two happy lovers make one bread,
a single moon drop in the grass.
Walking, they cast two shadows that flow together;
waking, they leave one sun empty in their bed.
Of all the possible truths, they chose the day;
they held it, not with ropes but with an aroma.
They did not shred the peace; they did not shatter words;
their happiness is a transparent tower.
The air and wine accompany the lovers.
The night delights them with its joyous petals.
They have a right to all the carnations.
Two happy lovers, without an ending, with no death,
they are born, they die, many times while they live:
they have the eternal life of the Natural.

Hari ini sangpejalan agak2 mellow nih. Mengutip puisi di atas utk menandai momentum semalam. Taman Menteng yang mulai kotor itu -padahal masih baru bo!- jadi saksi pembicaraan serius sangpejalan dengan sangkekasih untuk masa depan. Banyak yang kami bicarakan, termasuk soal Tuhan dan Setan. Ternyata, cinta tidaklah satu jenis saja seperti sering dikira banyak orang. Dan tidak semua orang yang saling mencinta bisa tetap bersama. Kami sudah sadar itu sejak semula. Hanya saja, seperti diutarakan Neruda di atas, kami cuma mencoba berjalan, menangkap bayangan yang mengalir bersama ("Walking, they cast two shadows that flow together"). Itulah perjalanan kami berdua. Perjalanan kehidupan...

Saturday, August 04, 2007

Dosa favorit setan (1)

Dosa favoritku adalah kesombongan... (Vanity is my favourite sin) itu adalah kutipan dari kalimat yang diucapkan Al-Pacino sebagai John Milton dalam "The Devil's Advocate" (1997). Film lawas ini ditayangkan AnTeve Kamis (2/8) malam lalu dan mengingatkan sangpejalan pada diri sendiri. John Milton dikisahkan adalah penjelmaan dari setan sebagai seorang founder perusahaan bernama Milton, Chadwick & Waters yang tentunya berwujud manusia.
Betapa malu sangpejalan merasa diri sudah berhasil mengatasi banyak hal dalam hidup. Padahal, apa yang dialami cuma serentetan keberuntungan yang tentunya tak lepas dari anugerah Sang Pemilik Jalan. "Vanity" sebenarnya lebih tepat diartikan "ketenaran", namun penerjemah film memilih kesombongan.
Sebenarnya kesombongan juga tidak terlalu keliru, karena efek negatif dari ketenaran salah satunya ya kesombongan. Tapi jangan keliru, tidak perlu menunggu tenar untuk menjadi sombong. Dalam agama yang dianut sangpejalan, orang yang paling tidak disenangi Tuhan adalah "orang miskin yang sombong". Lhoh, lha iya, sudah miskin, sombong lagi! Apa yang disombongkan? Artinya, sudah ia ditimpa kemiskinan, ia tetap sombong tidak mau mendekatkan diri pada Tuhan. Ia menganggap hidup itu cuma untuk makan.
Dalam kehidupan sehari-hari, sangpejalan kerap menjumpai orang-orang semacam ini. Sebagai contoh, para sopir angkutan kota yang kerap menyusahkan orang lain. Mereka kerap berhenti di tikungan jalan dan tidak peduli lalu-lintas menjadi macet di belakangnya. Apa itu kesombongan? Jelas. Mereka tidak peduli bahwa ada orang lain yang susah dan menganggap hanya kepentingan dirinyalah -mencari 'sewa' alias penumpang'- yang paling utama.
Kesombongan dalam agama penulis juga merupakan dosa yang berbahaya. Karena ia sangat dekat dengan menyekutukan Tuhan. Hanya Pemilik Segala itu yang memiliki gelar Yang Maha Sombong! Kita sebagai makhluk sama sekali tidak boleh mengenakan jubah-Nya yang itu! Jadi, benarlah kiranya bila dikatakan: "Kesombongan adalah dosa favorit setan." Karena dari sana kemudian ia bisa beranak-pinak jadi dosa-dosa lainnya.